Page 32 - Edisi September 2017
P. 32

32   KREATIF                                                                                                                                                                                               KREATIF      33






                                                                                                                                 butuhkan hanya keberanian,” sahutku   Benar saja dia sudah menanti. Duduk di   cinta itu bukan sesuatu yang konstan.
          Perjalanan                                                                                                             sambil memandang ke langit. Sering aku   antara pengunjung lain sambil membaca   Mudah saja Tuhan membolak-balik hati
                                                                                                                                                                                                      kita karena itu aku tidak ingin mengatakan
                                                                                                                                                                    di kursi yang paling sudut. Dekat ruang
                                                                                                                                 berpikir mungkin kalau aku tak memiliki
                                                                                                                                 keberanian untuk bergabung dalam KSR
                                                                                                                                                                    tersedia di sampingnya. Sebuah senyuman
                                                                                                                                 PMI ini, aku gak bakal bisa merasakan   referensi. Aku segera duduk di kursi yang   hal ini dari dulu. Aku takut terlalu bersikap
                                                                                                                                                                                                      gegabah,” ujarku panjang lebar.
                                                                                                                                 pengalaman berharga jadi relawan.   yang selalu melayang-layang dalam
          Sepenggal                                                                                                              Gerimis mulai menemani. Teman gadisku   pikiranku selama tiga purnama setiap   Aku memandang wajah gadis itu. Kali
                                                                                                                                                                    malamnnya kembali tergurat di bibir
                                                                                                                                                                                                      ini ia tak lagi menatapku. Pandangannya
                                                                                                                                 begitu menikmati rintik lembut yang
                                                                                                                                                                                                      buku di atas meja.
                                                                                                                                                                    berdegup. Dalam getar yang tidak karuan,
                                                                                                                                 menimpa. Segera dia memintaku untuk   gadis itu. Membuat jantungku kembali   mengarah ke depan di antara tumpukan
                                                                                                                                 merekam moment itu, katanya dia begitu   aku tetap mencoba bersikap tenang
          Malam                                                                                                                  menyukai gerimis. Untuk sejenak aku pun   “Oya, kamu  mau beritahu apa tadi?”   “Aku hanya ingin kau tahu bahwa masih
                                                                                                                                                                                                      ada seseorang di sini yang mendukung
                                                                                                                                 menikmati profesi sebagai kameramennya.
                                                                                                                                                                                                      jadi kameramenmu. Mengabadikan setiap
                                                                                                                                 “Andai saja kita bisa berkeliling dunia dan   tanya gadis itu.       mimpi-mimpimu. Aku akan selalu bersedia
                                                                                                                                 jadi duta PBB, bolehkan aku memintamu   “Aku hanya bilang ingin      momen indah bersamamu,” tambahku
                                                                                                                                 jadi kameramen pribadiku. Ha-ha-ha,”   memperdengarkannya lagu Paradise-nya   meyakinkan.
                                                                                                                                 candanya.                          Overtronics. Lagu yang dulu pernah aku
               alam sepenggal malam yang                                                                                                                            nyanyikan sepanjang malam ketika kita   Lama ia terdiam sebelum akhirnya
               berkabut, di bawah rimbun cahaya                                                                                  Semuanya terlihat indah. Pepohonan   duduk berdua,” jawabku konyol.   menatap lembut ke arahku, “Maaf ya, aku
          Dpurnama aku duduk bersama                                                                                             yang kami lintasi sepanjang jalan terlihat                           tidak bisa,” jawabnya spontan.
          seorang gadis di belakang sebuah mobil                                                                                 menari-nari.                       Kami mentertawai kebodohan alasanku
          pick up yang dikendarai oleh temanku.                                                                                                                     yang sebenarnya hanya kilah karena   “Tidak apa-apa, Ca. Aku menghargai
          Kami melaju melintasi jalanan sepanjang                                                                                “Ini gila!” gumamku.               tidak berani mengungkapkan alasan   semua pilihanmu,” jawabku mencoba
          Meureudu-Ulee Glee berkawan desir                                                                                                                         sebenarnya.                       menghibur diri.
          angin malam yang membelai lembut.                                                                                      Lantasku coba menengadahkan kepala.
          Sesekali kami berdua tergelak dalam                                                                                    Dalam pandanganku, terlihat bulan   Aku menarik nafas dalam-dalam,   Tak lama aku mohon izin untuk segera
          cerita masa kecil masing-masing. Saling                                                                                tersenyum. Seolah turut merasakan getar   “Ca, dulu aku pernah bilang, kan,   meninggalkan pustaka dengan alasan
          menyanjung impian dan cita-cita yang                                                                                   yang ada dalam hati. Rasa yang kelewat   sebetulnya yang kita butuhkan hanya   jam kunjung telah usai. Aku pun berlalu
          belum terwujud. Lantas kami kembali                                                                                    sukar untuk diterjemahkan dengan   rasa keberanian. Keberanianlah yang   dengan menahan ngilu di hati.
          terdiam. Namun dalam diam entah apa                                  Mobil mulai melaju meninggalkan posko.            kata. Namun rasa itu benar-benar telah   membedakan seorang pemenang
          yang menimpaku. Aku menengadah ke                                    Meninggalkan kota Meureudu malam                  membuatku gila.                    dengan pecundang,” kataku memulai   Di luar gerimis mulai turun. Tetapi gerimis
          langit untuk menerka-nerka bahwa semua                               itu. Mengaspal menuju arah Ulee Glee.                                                pembicaraan serius.               kali ini tak seindah gerimis yang dulu saat
          yang barusanku alami adalah perwujudan                               Sepanjang jalan gadis tadi berdiri untuk                        * * *                                                  kami berdua melintasi Pidie Jaya. Sembari
          dari mimpi-mimpiku, dejavu.                                          menikmati suasana malam. Dia berdiri                                                 “Aku tidak tahu harus memulainya   menanti jeda hujan yang kian lebat, aku
                                                                               berpegangan pada besi di atas kap mobil           Sedikit berbeda dengan dulu, malam ini   dari mana. Yang jelas semenjak malam   berdiri di teras pustaka. Bersandar pada
          Aku tersadar ada sesuatu yang berdebar     T. A. RAHMAN              sembari membiarkan hembusan angin                 cahaya purnama tidak terlalu bersinar.   yang kita lewati bersama di atas mobil   pilarnya yang tinggi.
          di hati. Terlebih saat melihat seorang gadis                         menerpa wajah dan memainkan ujung                 Cahayanya dikalahkan sorotan lampu-  itu, aku menaruh hati padamu. Entah
          yang sedang menikmati hembusan angin   MAHASISWA ILMU PEMERINTAHAN,  jilbabnya.                                        lampu sepanjang jalan Darussalam. Setelah   karma apa yang menimpaku malam itu.   “Beneran kamu tidak marah kan?”
          di sebelahku. Sesuatu yang sudah lama        FISIP UNSYIAH                                                             tiga purnama kau lewati dengan debar   Seperti sesuatu yang tak bisa kukendali.   suaranya tiba-tiba memecah lamunan.
          tidak lagi  kurasa setelah terakhir kalinya                          “Cita-cita terbesarku ingin jadi duta anak        hati yang tak menentu sepulang dari Pidie   Aku mulai mencintaimu. Kau tidak perlu
          ditipu oleh kaum mereka yang kini telah   ke Banda Aceh melanjutkan rutinitas   di PBB. Ya, berdiri di depan podium,   Jaya, kini tekatku sudah bulat. Tak ingin   khawatir. Aku menikmati rasa ini, Ca. Aku   “Ya,” jawabku dengan senyuman lembut
          menghilang dan turut membawa pergi   biasa sebagai mahasiswa Unsyiah. Sebab   kemudian berpidato di depan ratusan      lagi terus-terusan sempoyongan dalam rasa   mengungkapkan rasa ini padamu bukan   kearahnya.
          separuh hati.                     itu, malam ini bapak pembina posko   audiens dari berbagai negara. Ha-ha-ha,”        yang melekat semenjak malam itu. Malam   karena aku ingin kamu jadi pacarku. Aku
                                            membebaskan para relawan untuk     katanya sambil tertawa.                           ini, aku sudah membuat janji menemui   hanya tidak ingin berlarut-larut dalam   “Syukur deh, karena tadi aku cuman
                        ***                 berjalan-jalan sejenak mengitari daerah                                              teman gadisku di pustaka kampus.   kebimbangan. Kalaupun kamu tidak   bercanda. Oya, pendaftaran jadi model
                                            Pidie untuk melupakan beban. Tiga buah   Aku ikut tertawa melihat tingkahnya yang                                       memiliki rasa yang sama, setidaknya   objek rekamanmu masih dibuka, kan?”
          Malam itu, malam terakhir kami bertugas   mobil operasional disiapkan. Mobil-  heboh sendiri dengan impian besarnya.   “Ada yang perlu kita bicarakan” ujarku.   seperti kataku dulu, aku sudah pernah   tanya gadis itu mencoba menggoda. (cds)
          menjadi relawan di Pidie Jaya. Esok sore   mobil tersebut biasa digunakan untuk   “Hahaha, all is well, Ca, bulatkan tekadmu                              mengungkap rasa ini padamu. Lagipula
          semua relawan akan kembali dipulangkan   mendistribusikan bantuan.   itu. Mewujudkan mimpi yang kita



                                                                                                                                                                                                                   EDISI 215 . SEPTEMBER 201
          EDISI 215 . SEPTEMBER 201 7                                                                                                                                                                              EDISI 215 . SEPTEMBER 2017 7
          EDISI 215 . SEPTEMBER 2017
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37