Page 33 - Edisi Desember 2017
P. 33

KREATIF      33







          keramahan.                        “Silahkan berkeliling, Tiar.” Aku   Aku menarik napas, memantapkan hati.
                                            mengangguk kecil. Setelah Bu Sari tak   Aku akan pergi mengunjunginya.
          “Sudah hampir 15 tahun kita tidak   tampak lagi, aku berjalan di sekitar
          berjumpa, Bu. Saya senang Ibu masih   bangunan tempatku dulu belajar.   ***
          mengingat saya.” Aku tersenyum lebar,
          tak menyangka akan bertemu Bu Sari.  “Tiar suka sama Tiara! Ciee!”   “Hai, Tiara. Maaf aku baru datang. Maaf
                                                                               karena aku membiarkanmu sendirian di
          “Tidak mungkin Ibu melupakan anak   “Namanya aja mirip! Cocok!”      sini. Maafkan aku.” Aku mengusap pipi
          paling bandel di sekolah,” jawabnya                                  yang basah, sekuat tenaga menahan
          bergurau yang kemudian mendatangkan   Suara teriakan nyaring itu tergiang   air mata yang mendesak keluar. Aku
          tawa.                             di telingaku. Aku tersenyum. Tanpa   tak mau terlihat lemah di depan Tiara,
                                            sadar dadaku sesak, rindu akan semua   di tempat ia tertidur berselimutkan
          Kami hanyut dalam percakapan hangat.   kenangan yang terputar. Aku berjalan   waktu.
          Mengulang hari-hari yang sudah terlewat   memutari bangunan dan tiba di bawah
          dan membicarakan masa depan.      pohon besar belakang bangunan tua   “Aku sangat-sangat berterima
                                            itu. Ada sesuatu yang kutanam di   kasih padamu, Tiara. Karena kamu
          “Apa kamu sudah mengunjungi Tiara?”  bawah sana. Kini aku kembali untuk   mendorongku waktu itu, aku selamat.
                                            mengambilnya.                      Aku sangat berterima kasih. Tapi,
          Saat nama itu tersebut, aku menegang.                                kenapa kamu membiarkan dirimu
          Punggungku terasa dingin. Senyum   Aku mengira-ngira letak harta karun itu   sendiri terlempar oleh mobil itu? Kenapa
          lenyap dari wajahku.              dan mulai menggali dengan potongan   kamu harus mengorbankan dirimu
                                            besi yang kutemukan. Aku sangat yakin   untukku? Aku yang lemah ini seorang
          “Apa Ibu menyinggungmu? Maaf.”    itu ada di sini. Tertimbun sebagai tanda   penakut. Aku takut kau mendendam
                                            persahabatan antara aku dan dia, Tiara.  kepadaku. Karena itulah aku melarikan
          Aku tersadar dari lamunan sesaat, lalu                               diri dan tak pernah kembali ke tanah
          menggeleng. “Tidak, Bu. Hanya saja,   Aku menemukannya! Botol obat milik   ini. Bertahun-tahun aku hidup dengan
          saya terkejut mendengar namanya.”   kakakku yang tertutupi tanah. Aku   rasa bersalah yang membebani bahuku.
          Aku memaksakan sebuah senyum. Bu   bergegas membukanya. Mengeluarkan   Aku membawa beban itu kemana-mana.
          Sari meraih tanganku, memberikan   gulungan secarik kertas seukuran telapak   Bayang-bayang keadaanmu waktu itu
          genggaman hangat seorang Ibu.     tangan yang sudah menguning. Tulisan   menghantuiku, nyaris mengunci bibirku
                                            yang ada di kertas itu sudah mengabur,   untuk bisa tersenyum.”
          “Ingat, Tiar. Kejadian itu bukan salahmu.   tapi aku tetap bisa membacanya.
          Jadi jangan lari lagi. Bukankah kamu                                 “Kamu sudah membuktikan bahwa
          datang ke sini tandanya kamu sudah   Tiar dan Tiara best friend! Tiar cantik   kamu melindungiku, tapi aku malah
          memaafkan dirimu sendiri?”        dan Tiara ganteng akan selalu saling   tidak melakukan apa-apa untukmu.
                                            melindungi!                        Aku sangat menyesal, Tiara. Andai
          Aku menelan ludah, bingung hendak                                    saja waktu itu aku tak berlari mengejar
          menjawab apa. Bel sekolah berbunyi. “Ibu   Aku tertawa, sekaligus menangis   layang, mungkin sekarang kita sudah
          tinggal dulu ya? Ada beberapa hal yang   membaca tulisan acak-acakan yang   saling menggenggam cita-cita. Maafkan
          harus Ibu urus.” Aku ikut berdiri saat Bu   memberitahukan bahwa si penulis sangat   aku, Tiara. Dan terima kasih. Aku
          Sari berdiri. Raut wajahnya tampak bersalah   bahagia.               menyayangimu, sahabatku.”
          karena telah menyinggung sesuatu yang
          telah lama aku simpan rapat-rapat.   “Aku cantik?” gumamku sambil    Kamu benar. Tiar dan Tiara best friend
                                            menyeka sudut mata yang berair. Aku ini   tanpa terikat apapun.(cds)
          “Iya, Bu, enggak apa-apa.”        laki-laki, Tiara.




                                                                                            EDISI 218 . DESEMBER 2017
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38