Page 30 - Edisi Januari 2017
P. 30

30   KREATIF                                                                                                                                                                                               KREATIF      31




                                         SUBUH                                                                                   Getar bumi subuh ini                                Ada yang taksempat menjadi pengantin


                                                                                                                                 Jadi tanda yang kentara
                                                                                                                                                                                     Lelaki itu lebih dulu diakadkan Izrail
                                                                                                                                 Betapa subuh kita sering durjana
                                                                                                                                                                                     Padahal wanitanya telah berinai di depan pelamin
                  YANG RUNTUH                                                                                                    Allah sajikan di antara mimpi yang takselesai       Ada bayi dalam dekap jasad seorang ibu
                                                                                                                                                                                     Menjerit lantang di balik puing-puing istana mereka
                                                                                                                                 dan azan yang akan dikumandangkan
                                                                                                                                 Lekas kita komat-kamit
                                                                                                                                                                                     Agar dunia tahu nafasnya masih ada
                                                                                                                                 Merapal rateb tanpa aturan sebab kalut jadi tajwid
                                                                                                                                                                                     Meski ibunya telah tiada
                                                                                                                                 Pada subuh yang getar ini                           Kabar duka sampai jua ke telinga massa
                                                                                                                                 Kita menerka air bah datang lagi                    Getar bumi getarkan hati mereka
                                                   Subuh ini kita dibangunkan oleh bumi                                          Rupanya laut tenang                                 Rupiah dikutip di simpang-simpang Indonesia
                                                   Diayun sesar Samalanga Sipopok dari Pidie Jaya                                Sirine penanda amuk lautan tak terdengar            Bersama debu jalanan dan kardus bernama ‘Peduli Gempa
                                                   Ayahku tengah menghidupkan mesin motornya                                     Ombak tak berhasrat memeluk daratan                 Pidie Jaya’
                                                   Ibu khidmat dengan kompor dan adonan kue                                      Benar.                                              Aceh ditangisi lagi
                                                   Aku berwudu saat atap rumah bergetar hebat                                    Ini bukan subuh yang basah                          Aceh dikasihani lagi
                                                   Dan jerit adikku adalah kejut bawah sadar                                     Tapi,
               ERNITA HANDAYANI, S.Pd              Ini gempa!                                                                    Ini subuh yang runtuh
                                                                                                                                 Kubah-kubah rubuh ke pualam sujud                   Dan aku bertanya tentang maklumat lara ini
          ALUMNUS JURUSAN PBSI FKIP UNSYIAH.       Kita terbiasa pada getar alam                                                 Pilar-pilar masjid rebah ke tanah                   Apakah ini tanda yang gagal kita baca
               PEGIAT DI FLP WILAYAH ACEH                                                                                        Corong-corong meunasah taksempat basah oleh nafas bilal  Bahwa dunia begitu renta atau Tuhan begitu murka
                                                   Tapi takpernah lagi sefajar ini, ‘kan?
                                                   Selain dulu, hari-hari setelah air bah menyapu daratan ini                                                                        Ia hancurkan rumahNya
                                                   Saat kita lena diayun bumi saban hari                                         Berita kehilangan sampai ke lorong-lorong nadi      Yang kita bangun di sana sini untuk ditertawakan sunyi
                                                   Selain dulu, hari-hari setelah air bah merenggut nyawa-nyawa                  Seperti aroma pagi rabu ini                         Sebab saf hanya hitungan jari
                                                   Saat kita lupa cara mengeringkan air mata                                     Anyir darah dibawa angin
                                                   Hingga Allah kirim lorong damai bagi tanah Iskandar Muda                      Ke meja-meja warung kopi yang mendadak sepi         Lalu aku berhenti di lempeng hatiku sendiri
                                                                                                                                 Ke mana jasad harus dicari                          Takperlu ada tanya selain muhasabah
                                                                                                                                 Selain di bawah puing masjid dan toko sepanjang retak bumi  Takperlu ada getar selain taubat
                                                                                                                                                                                     Bangunkan anak-anak, pemuda-pemuda, wanita-wanita
                                                                                                                                                                                     kita
                                                                                                                                                                                     Agar subuh taklagi runtuh
                                                                                                                                                                                     Agar suluh iman benderang lagi



























          EDISI 207 . JANUARI 2017                                                                                                                                                                                   EDISI 207 . JANUARI 2017
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35