Page 35 - WARTA USK
P. 35

Perspektif                                                                                  Perspektif




 PROBLEMATIKA POLITIK   Politik Identitas dalam Dimensi   seseorang bersadarkan intensitas   paling ampuh membelah masyarakat

          Virtual.
                                             kunjungan ke laman internet atau akun
                                                                                Amerika Serikat.
 IDENTITAS DI ERA VIRTUAL  Tanpa disadari, kelimpahan   media sosial.           Dilema Sensor Pemerintah
          penggunaan teknologi virtual demi
                                               Sebagaimana diungkapkan di buku
          kepentingan politik justru awal mimpi
                                             Jamie Bartlett Matinya Demokrasi Dan
                                                                                Persoalan konteks memelihara
          buruk. Seiring waktu, insting purbawi   Kuasa Teknologi (2021) tentang “kendali   stabilitas politik dan keamanan di
          persaingan dan pemaksaan garis politik   algoritma”. Seseorang menyukai artikel   Indonesia, pihak pemerintah mulai
          identitas, seperti dikatakan Amartya   tentang tema permusuhan politik   menerapkan virtual police untuk
          Sen akibat “watak soliteris” akhirnya   identitas di medsos, Ia akan terus   meredam penyebaran hoax dan ujaran
 evolusi teknologi digital   yang dikatakan; “Virtualisasi Politik”   mempermudah mendapatkan
 sukses melahirkan inovasi   (Yasraf A. Piliang, 2005). Di mana daya   dukungan masyarakat. Dipastikan   ikut terjembatani dengan kemampuan   dibanjiri rekomendasi artikel bergenre   kebencian yang selama ini kerap dipicu
 untuk membantu kerja   kontestasi dan mobilisasi politik sudah   hampir semua politisi mengunakan   digitalisasi informasi saat ini. Dampak   serupa di akun media sosialnya. Kendali   motif fanatisme politik identitas di
 manusia. Namun, di sisi   beralih mengkerut ke dalam dimensi   medsos, analisa big data, dan jasa   polarisasi (pembelahan) di tengah   algoritma yang begitu massif mampu   media sosial. Kebijakan pemerintah
 Rlain kehadiran revolusi   virtual. Selama ini, media sosial   media cyber. Jika pun ada politisi   masyarakat semakin tak terelakkan dan   mempengaruhi realitas seseorang,   menerapkan virtual police sebagai
 digital berpotensi terjadi distorsi   mulai digunakan masyarakat sebagai   yang masih bekerja manual tidak   meluas.   umat manusia saat ini sepenuhnya   status quo upaya pendekatan persuasif
 (penyimpangan). Seperti perihal media   mesin penggerak opini paling efektif   mengunakan teknologi virtual tentu   Secara tidak langsung bahasa   mulai ketergantungan dan menyerahkan   di tengah penerapan hukum UU ITE
 sosial yang belakangan ini kian liar   sekaligus menjadi arena pertarungan   akan dianggap kalah saing, seumpama   algoritma menjadi “agent” penentu   nalar kritisme politik kepada kuasa   yang selama ini dinilai unsignifikan.
 digunakan untuk mengekspresikan   elit politik untuk tampil memenangkan   mengambil air sumur mengunakan   semakin meluasnya  perkembangan   kapitalisme teknologi digital.   Kemungkinan bias kebijakan sensor
 pandangan politik indentitas.   ide gagasan.     timba di era kecanggihan mesin. Di   politik identitas di masyarakat.   Padahal pihak kapitalis teknologi   virtual police pemerintah di media
 Ekses perdebatan politik identitas   Saat ini, elite politik sungguh   beberapa negara, politisi “sayap kanan”   Algoritma sebagai bahasa matematis   digital tidak pernah bertanggung   sosial melahirkan iliberal demokrasi
 antara politikus, buzzer, dan warga   menikmati kehadiran manfaat   berhasil memenangkan pertarungan   yang bertujuan mengakumulasi setiap   jawab penuh terhadap dampak kondisi   (demokrasi semu) dikemudian hari.
 biasa, seringkali meninggalkan bukti   teknologi virtual  sebagai alat   pemilu berkat kemampuan kampanye   data-data virtual dengan mudah   psikopolitik. Kapitalisme teknologi   Masyarakat akan takut bersuara kritis
 jejak digital pada akun media sosial   komunikasi pencitraan agar   populis di dunia maya.   mengkategorikan pandangan politik   digital cuma bisa memberikan ilusi   mengenai isu politik, maka kebijakannya
 yang terkait penyebaran informasi           kebebasan, tapi tidak memberikan   tidak semata-mata simplifikasi hukum.
 hoax dan cyberbullying atas nama            jaminan keadilan. Eksistensi teknologi   Kebijakan virtual police itu terkesan
 fanatisme agama, sekte, etnis serta         digital terkesan bebas nilai. Padahal   seperti ibarat menembak burung puyuh
 arogansi organisasi masyarakat.             mereka tidak sunyi dari subjektifitas   dengan senjata serbu standar militer,
 Berkelindannya fanatisme politik            ke mana akan berpihak.             artinya terlalu berlebihan.
 identitas dengan dunia virtual                Berkaca dari Amerika Serikat
 menyisakan problematis bagi                 sebagai negara yang dianggap       Reorientasi Politik di Era Virtual.
 keberlangsungan demokrasi saat ini.         sebagai kiblat demokrasi dunia. Ketika   Lagi pula di tengah pesatnya
                                             perhelatan pilpres 2020, Donald Trump   perkembangan komunikasi virtual
                                             sering membanjiri agitasi politik yang   dewasa ini mustahil tidak saling
 Virtualisasi Politik
 Wujud kekuatan revolusi teknologi           sarat sentimen identitas kepada    terhubung dan berkontestasi dengan
 digital berhasil membentuk apa              pendukungnya lewat Twitter agar    ragam identitas. Hanya saja efek
                                             menolak hasil kemenangan Joe Biden.   kebablasan dunia maya membuat
                                             Anti klimaksnya ribuan pendukung   situasi sulit dikendalikan. Hal yang
                                             Trump menduduki gedung kongres     dibutuhkan untuk menjaga nilai
                                             hingga berujung kepada aksi anarkis   demokrasi di era virtualisasi politik
                                             dan mengakibatkan korban jiwa.     selain pendekatan hukum. Meskipun
 Akhsanul Khalis                                Aksi cuitan Trump itu membuat   utopis, dibutuhkan juga reorientasi
 Alumni FISIP Universitas Syiah Kuala        pihak Twitter berang dan mengambil   politik kepada nilai inklusivisme
                                             tindakan langsung dengan memblokir   dengan mendorong perubahan kultural
                                             akun pribadi Trump secara permanen.   di level masyarakat dan elit politik
                                             Pihak Twitter terlambat menyadari   agar berpikiran terbuka (open minded)
                                             bahwa aplikasinya selama ini telah   menghargai kesetaraan, kemanusiaan
                                             berhasil dijadikan alat propaganda   dan kemajemukan identitas. []




 34  JUNI 2021                                             35    JUNI 2021
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40