Page 33 - Warta USK Oktober 2022
P. 33

RISET






 terhadap perubahan kecil tersebut dengan   Manado, satai Madura, kopi Gayo.
 sosialisasi misalnya.  Hal ini tentu sedikit membingungkan,
 Pertanyaan lainnya, siapa yang berhak   karena di satu sisi nama geografi ditulis
 mengubah dan mengutak-atik tata   kapital, di sisi lain ditulis nonkapital. Padahal,
 bahasa Bahasa Indonesia. Apakah Kepala   kata kopi Gayo belum tentu kopi dari Gayo,
 Badan Bahasa atas nama jabatannya atau   sebab sederetan nama kopi gayo dapat
 perkumpulan para pakar bahasa berdasarkan   merujuk pada jenis kopi, mulai robusta,
 riset dan kajiannya. Pertanyaan terakhir ini   arabika, hingga jenis lainnya. Demikian halnya
 tentunya menjadi sangat penting karena   satai madura, ini hanya nama makanan,
 dinamika bahasa di dunia, termasuk di   bukan merujuk pada asal satai. Sama halnya
 Indonesia, sangat dinamis. Perkembangan   dengan jenis makanan lainnya mie aceh, satai
 keilmuan bahasa tidak berdasarkan   padang, satai matang, dan lain-lain.
 kebijakan birokrat, melainkan hasil penelitian   Mestinya, perubahan-perubahan
 para pakar.   penulisan tersebut harus ada penjelasan.
 Perubahan tata bahasa alangkah lebih   Sebab penggunaan EYD bukan hanya untuk
 baik dilakukan dengan keterlibatan para   kalangan pemerhati bahasa, bukan pula
 pakar dan stake holder. Sebagaimana   hanya untuk ahli bahasa, pun bukan untuk
 diketahui, ada perubahan kecil tetapi sangat   Badan Bahasa. Pedoman ejaan dikeluarkan
 mendasar dalam EYD V. Contohnya kata   sebagai aturan penulisan bagi seluruh
 maha dalam EYD V tidak lagi ditulis serangkai   masyarakat Indonesia sehingga perubahan
 dengan kata dasar, tetapi dianggap dapat   demi perubahan sudah seharusnya menjalani
 berdiri sendiri. Dalam EBI, kata maha ditulis   proses penyaringan pakar dan stakeholder,
 serangkai dengan kata dasar, misalnya   bukan hanya berdasarkan selera siapa
 mahakuasa, mahakasih, dan lain-lain. Kata   pejabatnya.
 maha baru ditulis terpisah jika bertemu   Semua masyarakat Indonesia
 dengan kata berimbuhan, seperti maha   menginginkan bahasa Indonesia menjadi
 pengasih, maha pemurah, dan sejenisnya.  lebih baik, lebih maju, dan dapat digunakan
 Dari contoh kecil ini muncul pertanyaan,   oleh seluruh masyarakat dunia. Mimpi ini
 apakah perubahan yang dilakukan dalam EYD   akan sulit dicapai jika sistem tata tulis
 V sudah sesuai konvensional para linguis   bahasa Indonesia terus menerus diubah-
 bahasa Indonesia atau hanya berdasarkan   ubah sesuai selera politik. Saat kalangan
 kesepakatan internal Badan Bahasa?   pendidik sedang mengajarkan ejaan kepada
 Demikian halnya pada penulisan huruf kapital   masyarakat asing, misalnya melalui program
 mengenai nama geografi yang melekat   Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA),
 pada nama makanan atau penganan. Pada   belum sampai sosialisasi ejaan dilakukan,
 nomor 18 EYD V disebutkan bahwa nama diri   tiba-tiba ada peraturan ejaan yang baru.
 geografi yang digunakan sebagai nama jenis   Kaum pembelajar tentunya bingung
 ditulis nonkapital. Disebutkan contoh untuk   dengan perubahan demi perubahan tersebut.
 kasus ini antara lain jeruk bali, kacang bogor,   Jika begini terus, hendak dibawa ke mana
 gula jawa, kunci inggris, dan lain-lain. Namun,   bahasa Indonesia ini? Mengapa soal ejaan
 pada nomor 19, penulisan nama geografi   pun harus dibingkai oleh kemauan politik
 kembali ditulis kapital untuk contoh bubur   pejabat? []






 32  Warta USK Oktober 2022                                                                 Warta USK Oktober 2022 33
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38